Sewaktu liburan kemarin, saya
beserta teman-teman saya pergi mengunjungi kebun raya bogor. Terletak di
jantung kota bogor,kebun raya bogor memiliki luas 87 hektar dengan berbagai
tanaman yang beraneka ragam mulai dari yang biasa dijumpai maupun yang langka. Kami
pergi kesana beranggotakan 7 orang, 3 orang laki-laki dan sisanya adalah
perempuan.
Untuk mencapai ke kebun raya bogor,
kami bertujuh berangkat dari cimanggis pukul 9 pagi dengan mengendarai sepeda
motor. Dalam perjalanan sempat kami menemui kendala kemacetan ketika mulai
masuk ke kota bogor. Banyak sekali proyek-proyek pemerintah kota yang
menghambat arus lalu lintas. Setelah sampai di kawasan kebun raya bogor pukul
11.30, kami kesulitan untuk mencari lahan parker karena tempat parker yang
sangat minim. Akhirnya kami memutuskan untuk memarkirkan kendaraan di bogor
trade mall, sebuah pusat perbelanjaan yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk
kebun raya.
Saat menunggu mengantri tiket
masuk, saya merasa kehausan dan bergegas mencari air minum. Tiba tiba melintas
seorang pedagang air tebu. Saya pun membelinya dengan harga Rp 2000 per kantung
plastik kecil. Meskipun sedikit itu sudah cukup menghilangkan dahaga saya. Setelah
memasuki kebun raya melewati pintu gerbang yang terlihat megah, kami pun sempat
berselisih pendapat mengenai jalur pertama yang akan kami lalui. Setelah berdiskusi
sebentar akhirnya masalah itu pun selesai. Kami memutuskan untuk melalui jalur
utara menuju sebuah taman yang sangat indah, dipenuhi rerumputan hijau dan
gundukan-gundukan tanah yang menyerupai bukit kecil. Banyak wisatawan local maupun
asing berkunjung ke taman itu untuk bertamasya, berfoto, bercengkerama, bahkan
ada juga yang berolahraga disana.
Selepas dari taman kami mengunjungi
sebuah taman lagi, tapi ini beda, namanya rumah anggrek. Disana merupakan
tempat dengan koleksi anggrek terlengkap di Indonesia. Kami pun tidak mensiasiakan
momen itu untuk berfoto. Selepas asyik mengunjungi rumah anggrek, kami bergegas
menuju sebuah kebun yang ditumbuhi bunga raflesia arnoldia, tapi sayangnya
waktu itu bukan waktu yang tepat untuk melihat bunga raflesia itu mekar, hanya
terlihat bakal bunganya saja. Itu pun cukup untuk membayar rasa penasaran kami.
Foto
di Rumah anggrek
Foto
di bawah pepohonan karet
Tak terasa waktu telah menunjukan
pukul 15.30, itu menandakan kami harus pulang. Dalam perjalanan pulang tidak
jauh berbeda dengan pada saat berangkat. Macetnya kota bogor itu tidak bisa ditolak,
seperti telah menjadi sebuah rutinitas sehari-hari di masyarakat dan menjadi
sebuah hal yang lumrah. Di perjalanan pulang kami mampir di tempat makan cepat
saji di kawasan pemkab bogor. Di tengah guyuran hujan kami pun berteduh sambil
menyantap makan malam. Kami pun juga asyik mengobrol dan bercanda tawa disana
sampai-sampai akhirnya kami lupa waktu. Kami pun bergegas pulang menuju rumah
masing-masing.
Itu semua adalah moment yang tak
akan saya pernah lupakan, kehangatan mereka, kebodohan tingkah laku mereka
merupakan suatu hal yang tidak dapat ternilai harganya. Mungkin suatu saat aka
nada tempat-tempat lain yang akan kami telusuri, demi suatu persahabatan apapun
kami hadapi karena kami adalah satu.
0 komentar:
Posting Komentar