Masih adanya masyarakat yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) adalah fakta masih buruknya sanitasi di Indonesia. Umumnya,
masyarakat melakukan BABS seperti di sungai karena sudah menjadi
kebiasaan turun temurun. Dulu, ketika penduduk Indonesia tidak sepadat
saat ini seolah tidak terasa dampaknya bagi kesehatan. Namun, kini
populasi masyarakat Indonesia sudah 200 juta lebih penduduk. Jika banyak
dari masyarakat masih BAB di sungai, maka sungai menjadi sangat kotor
serta rentan sekali meningkatkan penyakit seperti diare, pneumonia,
tipes, penyakit kulit dan penyakit kesehatan lainnya. Indonesia
menempati peringkat ketiga dalam urutan negara dengan layanan sanitasi
terburuk di Asia Tenggara. Buruknya layanan sanitasi di Indonesia
menimbulkan kerugian Rp 58 triliun per tahun. Target Tujuan Pembangunan
Milenium bahwa 62 persen keluarga Indonesia memiliki akses sanitasi
hanya akan tercapai jika pertumbuhan layanan sanitasi dipercepat empat
kali lipat. Menurut Kepala Sub-Direktorat Air Minum dan Air Limbah Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nugroho Tri Utomo masih ada sekitar 70
juta rakyat Indonesia yang masih membuang air sembarangan,
Singapura merupakan salah satu negara di Asia dengan sanitasi
terbaik. Masyarakat disana sangat peduli dan memiliki kesadaran yang
tinggi terhadap kebersihan dan ketersediaan sanitasi di negara tersebut.
Bahkan pada tahun 1998 didirikan Asosiasi Toilet di Singapura bernama
Organisasi WTO (World Toilet Organization) untuk mengatasi kebersihan
yang rendah dan mengatasi desain toilet yang buruk.
Organisasi WTO
(World Toilet Organization) itu telah meningkatkan sanitasi secara
global. Menurut Direktur Permukiman dan Perumahan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Budi Hidayat, dalam City Sanitation Summit,
Singapura merupakan salah satu negara dengan system sanitasi terbaik
bahkan cakupannya sudah mencapai 100 persen.
Sadar atau tidak masyarakat merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap system sanitasi di Indonesia. Kesadaran dari masyarakat sendiri
tentang pentingnya menjaga kebersihan masih sangat kurang. Bandingkan
dengan Singapura, disana masyarakat sangat peduli dan memiliki kesadaran
yang tinggi tentang pentingnya menjaga kebersihan. Masyarakat Indonesia
tidak segan untuk Buang Air Besar Sembarangan di sungai bahkan telah
menjadi kebiasaan masyarakat itu sendiri, sedangkan di Singapura mereka
lebih menjaga prilaku dan kebiasaannya untuk menggunakan dan menjaga
kebersihan system sanitasinya. Selain itu, dibandingkan dengan
pemerintah Indonesia pemerintah Singapura lebih sigap dengan membangun
banyak toilet bahkan membentuk sebuah organisasi sendiri untuk mengatasi
masalah sanitasi sehingga cakupan prosentasinya mencapai 100 persen.
Solusi utama dari masalah sanitasi di Indonesia adalah adanya
perubahan prilaku dan pola pikir dari masyarakat Indonesia sendiri
tentang pentingnya menjaga system sanitasi dan kebersihan. Selain itu,
pengadaan fasilitas oleh pemerintah pun akan sangat membantu
meningkatkan system sanitasi. Pemerintah harus melakukan proyek massal
dari pada hanya memberikani subsidi. Juga pendistibusian pengadaan
toilet ke seluruh wilayah Indonesia haruslah merata. Di daerah rural
atau pedesaan, masyarakat yang ingin membeli kloset dihadapkan pada
harga berbeda dan mahal. Menurutnya, pemerintah perlu mengatur hal ini
agar upaya perbaikan sanitasi semakin terdukung.
Sumber :
Rilih, Natalia. 2012. “Peningkatan Sanitasi Butuh Perubahan Prilaku,” dalam kompas. http://health.kompas.com. Di unduh Sabtu 23 September 2012
Sistem sanitasi di Indonesia
Minggu, Juni 01, 2014
0 komentar:
Posting Komentar