Searching...
Minggu, 01 Juni 2014

Sistem sanitasi di Indonesia

Minggu, Juni 01, 2014
Masih adanya masyarakat yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) adalah fakta masih buruknya sanitasi di Indonesia. Umumnya, masyarakat melakukan BABS seperti di sungai karena sudah menjadi kebiasaan turun temurun. Dulu, ketika penduduk Indonesia tidak sepadat saat ini seolah tidak terasa dampaknya bagi kesehatan. Namun, kini populasi masyarakat Indonesia sudah 200 juta lebih penduduk. Jika banyak dari masyarakat masih BAB di sungai, maka sungai menjadi sangat kotor serta rentan sekali meningkatkan penyakit seperti diare, pneumonia, tipes, penyakit kulit dan penyakit kesehatan lainnya. Indonesia menempati peringkat ketiga dalam urutan negara dengan layanan sanitasi terburuk di Asia Tenggara. Buruknya layanan sanitasi di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 58 triliun per tahun. Target Tujuan Pembangunan Milenium bahwa 62 persen keluarga Indonesia memiliki akses sanitasi hanya akan tercapai jika pertumbuhan layanan sanitasi dipercepat empat kali lipat. Menurut Kepala Sub-Direktorat Air Minum dan Air Limbah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nugroho Tri Utomo masih ada sekitar 70 juta rakyat Indonesia yang masih membuang air sembarangan,
Singapura merupakan salah satu negara di Asia dengan sanitasi terbaik. Masyarakat disana sangat peduli dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap kebersihan dan ketersediaan sanitasi di negara tersebut. Bahkan pada tahun 1998 didirikan Asosiasi Toilet di Singapura bernama Organisasi WTO (World Toilet Organization) untuk mengatasi kebersihan yang rendah dan mengatasi desain toilet yang buruk.

Organisasi WTO (World Toilet Organization) itu telah meningkatkan sanitasi secara global. Menurut Direktur Permukiman dan Perumahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Budi Hidayat, dalam City Sanitation Summit, Singapura merupakan salah satu negara dengan system sanitasi terbaik bahkan cakupannya sudah mencapai 100 persen.

Sadar atau tidak masyarakat merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap system sanitasi di Indonesia. Kesadaran dari masyarakat sendiri tentang pentingnya menjaga kebersihan masih sangat kurang. Bandingkan  dengan Singapura, disana masyarakat sangat peduli dan memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya menjaga kebersihan. Masyarakat Indonesia tidak segan untuk Buang Air Besar Sembarangan di sungai bahkan telah menjadi kebiasaan masyarakat itu sendiri, sedangkan di Singapura mereka lebih menjaga prilaku dan kebiasaannya untuk menggunakan dan menjaga kebersihan system sanitasinya. Selain itu, dibandingkan dengan pemerintah Indonesia pemerintah Singapura lebih sigap dengan membangun banyak toilet bahkan membentuk sebuah organisasi sendiri untuk mengatasi masalah sanitasi sehingga cakupan prosentasinya mencapai 100 persen.

Solusi utama dari masalah sanitasi di Indonesia adalah adanya perubahan prilaku dan pola pikir dari masyarakat Indonesia sendiri tentang pentingnya menjaga system sanitasi dan kebersihan. Selain itu, pengadaan fasilitas oleh pemerintah pun akan sangat membantu meningkatkan system sanitasi. Pemerintah harus melakukan proyek massal dari pada hanya memberikani subsidi. Juga pendistibusian pengadaan toilet ke seluruh wilayah Indonesia haruslah merata. Di daerah rural atau pedesaan, masyarakat yang ingin membeli kloset dihadapkan pada harga berbeda dan mahal. Menurutnya, pemerintah perlu mengatur hal ini agar upaya perbaikan sanitasi semakin terdukung.

Sumber :

Rilih, Natalia. 2012. “Peningkatan Sanitasi Butuh Perubahan Prilaku,” dalam kompas. http://health.kompas.com. Di unduh Sabtu 23 September 2012

0 komentar:

Posting Komentar