Searching...
Minggu, 05 Mei 2013

Selamanya, Part 2 - Sayap yang patah

Minggu, Mei 05, 2013

SELAMANYA
Apa yang kamu pikirkan jika mendengar kata selamanya?, pasti kamu bayangkan tentang keabadian. Sesuatu yang tak akan pernah hilang dan musnah. Tapi itu tak selamanya benar, karena sebuah keabadian itu terletak pada tiap hati seseorang

Karya : Rezza Agung Pambudi








Part 2
SAYAP YANG PATAH

            Hari ini sehabis pulang kuliah, Rafa janji mau nemenin aku beli novel di toko buku. Seperti biasanya Rafa selalu menungguku di taman kampus. Hari itu tak seperti biasanya dia memakai kacamata. Setahuku dia itu tidak pernah mengalami masalah pada matanya. Aku bertanya padanya, ternyata itu adalah kacamata normal, bukan min atau plus. Katanya sih pengen niruin gayaku biar serasi, hahaa… alasanya bisa aja.
            Setelah sampai di toko buku, tak ubah raut mukanya seperti meledekku dengan tatapan yang konyol, membuatku tertawa terbahak-bahak. Selama aku mencari novel yang ku inginkan aku pun tak henti-hentinya tertawa melihat dia bertingkah lucu dan berniat menghiburku. Novel yang ku inginkan telah ku dapatkan, lalu Rafa mengajakku ke suatu tempat makan yang dia bilang makanannya itu tidak ada bandingannya. Aku pun penasaran dengan itu, akhirnya makanan itu pun datang. Ternyata makanan itu hanyalah sebuah pecel ayam, tak seperti yang ku bayangkan. Dia bilang sih makanan ini enak, aku pun mencobanya.., dan ternyata memang benar. Pecel ayam ini rasanya memang enak. Meskipun Cuma pecel ayam rasanya memang benar tak tertandingi.
            Setelah kenyang, hari pun menjelang malam, Rafa mengajakku ke sebuah taman yang indah. Dipenuhi dengan lampu lampu yang memanjakan mata. Dia menanyakan kepadaku bagaimana dengan taman ini, apakah indah? Menurutku iya, bahkan sangat indah. Dia berkata bahwa taman ini indah seperti saat dia bersamaku, menurutnya tak ada yang indah di dunia ini selain melihat senyumanku. Aku pun tak seperti orang bingung menanggapi pernyataannya itu, aku juga merasa bahagia saat bersamamu, sambil memegang tangan kanan nya sambil melihat langit malam yang penuh dengan bintang-bintang, aku berkata padanya, terima kasih yah, terima kasih telah memberikan hari-hari terbaik dalam hidupku. Aku ingin masa masa ini terus berlanjut dan tak pernah berakhir. Dia menatapku seakan tak percaya, “ayo kita jalani semuanya bersama, selamanya..,” tandasnya.  Aku hanya menganggukkan kepala dan dia langsung memelukku dengan erat dan berkata “Terima kasih, Aira..,”.  Aku pun tersenyum bahagia.
            Esoknya, di hari sabtu yang terik.., aku dan sahabat-sahabatku bermain basket bersama. Seperti biasa Hadi selalu datang paling pertama. Lalu datang Boy, Livia, Dino, Gilang dan Fajar secara bergantian. Selama permainan, aku selalu menyemangati Rafa dan sahabat-sahabatku. Tiap kali memasukan bola, Boy selalu meneriakan nama Dewi, cewek yang sangat dia sukai saat ini. “Boy.., boy..,  kaya bisa aja dapetin Dewi, haha” sindir Dino. “Bisa dong, liatin aja suatu saat nanti Dewi akan jadi milik gue” jawab Boy. Tapi entah kenapa pada saat itu wajah Livia terlihat murung ketika mendengar pernyataan Boy tadi. Aku bertanya padanya mengapa dia terlihat murung seperti itu. Jawabnya “ nggak apa-apa ra, gue baik baik aja kok, ayolah kita main lagi”, sambil menyembunyikan perasaannya. “vi, kalo ada masalah atau apa, cerita aja sama gue, gue kan sahabat lo” Tanya aku. “Enggak ra.., percaya dah sama gue, gue baik-baik aja” jawab livia. Meskipun aku tau ada sesuatu yang membuat hatinya tidak tenang.
            Setelah bermain lebih dari 90 menit, semua merasa kecapean dan memutuskan untuk istirahat. Aku pun terus memperhatikan Livia dan raut wajahnya masih terlihat murung. Tiba-tiba Fajar memberikan air minum ke Livia. “ini minum buat lo, gua tau lo itu kecapean”Tanya Fajar. “makasih jar.. lo tumben banget baek sama gue” jawab Livia. “iya, gua gak mau liat sahabat-sahabat gue menderita”jawab Fajar. “haha, polos banget lo jar, sok suci.., bilang aja kalo suka”sambar Gilang. “Ngomong apa sih lo gil, gak jelas lu kalo ngomong” jawab Fajar. “namanya juga Gilang, biasa dia kalo ngomong itu suka ngaco, haha” jawab Boy. “kampret lo Boy.!”jawab Gilang. Dan canda tawa itu terus terjadi sampai menghilangkan lelah yang didapat. Aku beranggapan kalau chesa itu punya rasa ke Livia, tapi belum berani mengatakan yang sejujurnya. Ya entahlah, hanya waktu yang dapat menjawabnya.., mungkin nanti akan ku tanyakan pada mereka berdua.
            Permainan pun dilanjutkan kembali. Boy melakukan fouls di daerah terlarang. Akhirnya tri poin diberikan kepada tim biru. Rafa mengambil kesempatan itu dan melemparnya, tetapi…,. Lemparan rafa jauh melewati sasaran dan melambung mengarah ke seseorang remaja sebaya dengan kami yang hendak lewat. Tiba-tiba tanpa diduga-duga bola hasil lemparan Rafa itu ditangkap oleh orang itu dengan kedua tangan.  Kami semua tegang karena insiden itu. Lalu Rafa meminta maaf dan meminta bola itu untuk di kembalikan padanya. Dan bola itu dilempar kearah Rafa dengan lemparan yang sempurna. Aku dan lainnya pun tercengang melihat teknik lemparannya itu, terlihat seperti pemain basket professional. Tanpa bicara orang itu melanjutkan langkah kakinya, tiba tiba rafa memanggil orang itu dan mendekatinya. Rafa mengajaknya bermain basket bersama, karena kebetulan kami kekurangan orang. Tetapi orang itu menolaknya dan pergi meninggalkan kami. Dia benar-benar orang yang dingin. Siapa sebenarnya orang itu? Entahlah.., mungkin hanya seorang remaja yang kebetulan lewat.
            Setelah permainan berakhir, kami semua masih penasaran dengan orang itu. Mungkin kalau kami main basket lagi disini, orang itu akan muncul lagi, tandas Dino. Ya sudahlah sekarang bukan saatnya memikirkan hal itu. Di sela perbincangan kami, Dino mengajak pergi jalan-jalan mengunjungi tempat yang bagus di daerah bogor minggu depan. Aku dan lainnya bertanya pada Dino, tempat apa itu? Tapi dia bilang tempat itu rahasia dan dia jamin gak akan menyesal kalau berkunjung kesana. Minggu depan itu bertepatan dengan hari ulang tahun Rafa. Sekalian merayakan hari ulang tahunnya di tempat itu, tandas yang lain. Berarti aku harus berpikir mulai dari sekarang kado apa yang cocok aku kasih ke dia. Mungkin kado yang special dan tak akan dia lupakan selamanya.
            Keesokan harinya, hari minggu dimana aku merelaksasikan badanku. Aku iseng berjalan ke taman untuk menghirup udara segar. Tak kusangka aku melihat seorang pria yang kemarin aku dan sahabat-sahabatku temui di lapangan basket. Ia terlihat sedang mengamati sebuah tanaman dengan menggunakan kamera besar. Lantas aku menghampiri dan menyapanya, “hai..” sapaku. “eh hai.. kamu ya” jawab dia.” kamu kan yang lewat lapangan basket G-box kemarin kan?” Tanyaku. “iya, kenapa?” Tanya dia. “nggak kok, aku Cuma mastiin aja kalo aku gak salah orang” jawabku. “oh..” jawab dia. “memfoto tanaman memang menyenangkan ya?” tanyaku. “iya, bagi ku sih menyenangkan”jawabnya. “seperti apa menyenangkan itu?” tanyaku. “ya.. ini adalah duniaku, aku sangat suka dengan dunia fotografi, menurutku itu menyenangkan, layaknya kamu menyenangi hobimu sendiri” tandasnya. “ngomong-ngomong, aku juga suka fotografi loh..,”jawabku. “ oh ya? Sejak kapan?” Tanya dia. “ sejak aku smp, ketika aku suka membaca novel.., aku terinspirasi oleh tokoh yang diceritakan dalam novel itu, jadi aku berusaha mewujudkannya lewat dunia fotografi” jawabku. “benarkah.? Kalau begitu maukah kau jadi partner fotografiku?” Tanya dia. “hemm.. boleh juga” jawabku. “oh iya.. namaku Awan Satria Pratama, panggil aja awan” jawabnya. “namaku Aira, Aira Nurmala Sari” jawabku. “oh ok, Aira.., apakah besok kamu mau jadi objek fotografiku?” Tanya dia. “serius?” tanyaku. “iya.., kamu sibuk ya? Kalau gak bisa yasudah lain kal..,” jawab dia yang aku langsung potong. “ iya bisa-bisa, besok sepulang kuliah aku akan ke taman” jawabku. “ ok, besok aku tunggu ya di sini” jawabnya sambil tersenyum ke arahku. Akhirnya tak terasa aku menghabiskan waktu dengannya di taman. Ku kira dia orang yang dingin, tetapi asik juga dia kalau diajak ngobrol. Mungkin dia akan menjadi partner baikku.
            Hari berganti, esok paginya dengan mata yang masih mengantuk, aku sudah berada di kelas untuk kuliah sastra asing ini. Tiba-tiba ketua kelasku menyampaikan sebuah pemberitahuan bahwa akan ada mahasiswa transfer dari kampus lain yang akan masuk ke kelasku. Hah.. mahasiswa transfer lagi? Seperti apa dia?.  Akhirnya ketua menyuruhnya untuk masuk. Aku tak sabar ingin melihat dia. Ketika dia mulai masuk ke dalam kelas, tak kusangka ternyata dia adalah…, “Perkenalkan nama saya Awan Satria Pratama, biasa dipanggil awan., salam kenal..!!” AWAN.

0 komentar:

Posting Komentar