Searching...
Minggu, 05 Mei 2013

Selamanya, Part 4 - Janji

Minggu, Mei 05, 2013
SELAMANYA
Apa yang kamu pikirkan jika mendengar kata selamanya?, pasti kamu bayangkan tentang keabadian. Sesuatu yang tak akan pernah hilang dan musnah. Tapi itu tak selamanya benar, karena sebuah keabadian itu terletak pada tiap hati seseorang

Karya : Rezza Agung Pambudi









Part 4
JANJI

Akhirnya tiba juga hari sabtu, saatnya kami untuk berlibur, melupakan sejenak segala kesibukan kegiatan perkuliahan. Di pagi hari yang cerah aku menyiapkan barang-barang yang akan dibawa, mungkin perjalanan nanti akan memberi inspirasi aku dalam membuat novel terbaruku. Dino sebagai pemimpin perjalanan kali ini mengintruksikan kami untuk kumpul jam 7 pagi di depan kampus. Oh iya aku udah nyiapin kado buat Rafa loh.., udah gak sabar rasanya sampai disana. Tiba tiba, Rafa mengagetkanku. Dia datang menjemputku dengan gaya dan pakaian ala anak pantai, memakai kacamata hitam dan celana pendek. Aku heran padanya, kenapa dia memakai pakaian pantai, sedangkan tujuan kami kali ini adalah ke daerah bogor. Huhh.. dia memang selalu ditebak apa maunya, katanya sih yang jelas liburan. Soal pakaian mah bukan jadi masalah. Yah terserah kamu lah..
Waktu telah menunjukkan saatnya kami siap berangkat, semua sudah kumpul semua, kecuali Gilang yang belum datang. Dia memang kebiasaan kalau disuruh ngumpul selalu ngaret. Selang waktu menunggu, akhirnya dia datang juga. Ternyata dia bangun kesiangan karena nonton tv sampai larut malam. Sekarang waktunya berangkat ke tempat yang masih dirahasiakan oleh Dino. Dalam perjalanan kesana, sangatlah menyenangkan. Di tengah padatnya jalan raya tetapi masih banyak pohon pohonan yang rimbun dan hijau. Memang berbeda dengan di Jakarta yang panas dan minim ruang hijaunya.
“Teman-teman, sampailah kita di tempat tujuan liburan kita, Pura Parahyangan Agung Jagatkarttya Taman Sari di daerah Ciapus, Gunung salak, Bogor” Sambut Dino setelah sampai di tempat tujuan. Ternyata memang benar apa katanya, tempatnya sangat cantik dan indah. Terletak di kaki gunung salak dengan pemandangan pegunungan yang mengundang decak kagum. Indahnya tanah bumi pertiwi ini, aku bangga menjadi pewaris hak milik bangsa ini.
Aku mencoba mengambil gambar dengan kameraku dari atas pura. Rasanya seperti aku sedang berada di Bali. Para sahabat-sahabatku juga tak ingin melewatkan menikmati moment indah ini. Di pelataran pura terlihat Livia dan Boy sedang asyik berlari-larian, yang jelas perasaan mereka sedang berbunga-bunga sekarang setelah mereka jadian. Sepertinya mereka jodoh, haha. Akupun tak mau kalah dengan keromantisan mereka. Disampingku juga ada Rafa yang selalu menemaniku dan mengisi hari-hariku. Aku merasa bahwa dialah pangeran cinta terbaik yang pernah aku miliki.

Aku melihat Fajar duduk menyendiri di anak tangga sambil melihat kemesraan Boy dan Livia, sepertinya dia cemburu dengan Livia. Aku pun menghampiri Fajar, “memang berat ya melihat orang yang kita sukai bermesraan dengan orang lain”ucapku. “maksud lo apa ra?” Tanya Fajar. “gue udah tau kok, sebenarnya kamu punya rasa kan ke Livia?” Tanyaku. “emh.. apa sih lo ra, nggak nggak…”jawab Fajar dengan raut wajah malu. “gue tau kalo lo itu bohong, coba kamu cerita yang sebenarnya ke gue.., gue kan sahabat lo” ucapku. “sebenarnya.. memang gue udah suka sama livia dari dulu”jawab Fajar. “kenapa lo gak berusaha terus terang ke Livia tentang perasaan lo?” Tanya ku.
Hari beranjak sore, Rafa mengajakku duduk-duduk di anak tangga pura sambil  menikmati pemandangan. Rasanya ini moment yang tepat untuk aku menyerahkan kado special ulang tahunku kepada Rafa. “yah, selamat ulang tahun ya.., oh iya ini kado special aku buat kamu” ucapku. “ makasih ya bun” jawab Rafa sambil mengecup keningku. “coba aku buka ya apa isinya” Tanya Rafa. “ya dibuka lah, kan buat kamu” jawabku. Setelah dibuka ternyata dia sangat suka kado yang aku berikan padanya. Aku memberikan kado berupa sepasang sepatu basket. Ia sangat senang dengan itu. Setelah itu kami berdua asik mengobrol berduaan saja disana. “Bun, terima kasih ya buat hari ini” ucap Rafa. “iya yah aku juga sama, makasih ya buat semuanya selama ini” ucapku. “bun, kamu tau gak apa itu dewi cinta?”Tanya Rafa. “ya itu kan dewi yang menebarkan cinta kepada semua orang”jawabku. “Kurang tepat” ucap Rafa. “terus apa jawabannya.?” Tanyaku. “jawabannya, dewi cinta itu adalah kamu”jawab Rafa. “Ih ayah so sweet banget.. makasih ya”, ucapku. “kenapa dewi cinta itu adalah kamu? Karena kamu adalah bagaikan seorang dewi yang menebarkan cinta dan kasih sayang kepada semua orang, terutama untukku” ucapnya. Dengan rasa bahagia aku memeluk Rafa. “bun, di hari ulang tahunku ini aku berjanji akan terus mencintai kamu sampai kapanpun juga, karena aku yakin masa depanku ada di dalam diri kamu, apa kamu bersedia menemani aku sampai kapanpun?” Tanya Rafa padaku. “ ya aku bersedia yah, dengan setulus hatiku aku akan menemani dan menjagamu sampai kapanpun” Jawab ku dengan penuh rasa bahagia. “Beneran, ayo kita janji jari kelingking, bukti apa yang telah kita lalui bersama akan berlanjut sampai kapanpun” ucap Rafa.”ayo” ucapku.  Dan dibawah langit sore nan indah, di tengah indahnya nuansa pegunungan kami berdua berjanji akan saling mencintai sampai kapanpun dan janji itu bukan untuk dilanggar, melainkan untuk ditepati. Sebagai gantinya, pada hari ulang tahunku nanti, Rafa berjanji akan memberikan kado yang lebih special untukku melebihi kadoku untuknya. Dengan wajah seriusnya bagaikan seorang penyair hebat ia mengatakan semua itu padaku. Yah.. janji itu harus ditepati bukan?
Hah.. setelah hampir seharian di pura, sebenarnya kami tak ingin cepat pulang. Tetapi mau bagaimana lagi kami harus meninggalkan tempat tempat itu. “haah..  capeknya, pinggang gue serasa mau copot” keluh Gilang. “ya elah tang.. baru kaya begini aja udah capek!!” ucap Hadi. “ya elah lo enak ya diboncengin, sedangkan gue yang ngendarain motor” jawab Gilang. “udah udah, jangan pada berkelamin.., haha” ucap Boy. “Ah elo bukannya bilang makasih udah dibantuin nembak Livia malah ngeledek gue..,” ucap Gilang. Semuanya pun menjadi tertawa melihat mereka saling meledek satu sama lain. Hah sungguh perjalanan yang melelahkan tetapi tak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun.
Esok harinya, aku menjadi model fotografinya Awan di tepi danau Universitas Indonesia. Berbagai macam gaya aku peragakan demi terciptannya hasil yang memuaskan. Setelah cukup lama menghabiskan waktu disana, karena keasikan, secara tidak sadar sudah ada 10 panggilan tak terjawab di handphoneku. Ternyata itu panggilan dari Rafa, dan aku telfon balik ke dia dan menjelaskan semuanya.
Hari telah berganti, setelah kelas selesai, aku kembali menemani Awan berfotografi di kampus. Saat asik mengambil gambar tiba-tiba Rafa menelpon aku, ia berkata bahwa dia akan menjemputku nanti sore. Waktu demi waktu telah berlalu. Akhirnya aku selesai berfotografi dengan Awan dikampus. Dengan di temani awan aku menunggu Rafa di taman kampus. Dengan tiba-tiba Awan mengucapkan sesuatu sambil memegang tanganku sambil menatap kearahku. Ia mengatakan bahwa dia menyukaiku. Tak lama kemudian, Rafa datang dan melihat aku dan awan berdua berpegangan tangan. Rafa pun tak percaya apa yang telah dia lihat dan menanyakan siapa dia(awan) sebenarnya pada ku. Tetapi dia tidak percaya dengan perkataanku. Dengan berlinang air mata aku mencoba menjelaskan yang sebenarnya pada rafa. “apa maksud kamu berduaan sama dia tanpa sepengetahuan aku?”Tanya Rafa. “bukan, dia bukan siapa-siapa yah, dia itu Cuma teman sekelas aku”jawabku. “hah.., kamu bohong. Aku telpon kamu berkali-kali tapi nggak kamu angkat, Trus kenapa kamu pegang tangan berduaan sama dia dihadapan aku? Aku tau pasti ada sesuatu diantara kalian kan?” ucap Rafa. “nggak yah.. dengerin aku dulu”ucapku sambil menangis dihadapan Rafa. “udah, aku gak butuh penjelasan dari kamu, kamu itu udah cukup nyakitin hati aku, udah khianatin cinta aku, denger?” jawab Rafa sambil pergi meninggalkan aku dan membuang sebuah bunga mawar yang ternyata sudah ia siapkan untukku sebelumnya. Aku sangat besedih saat itu dan menyesali apa yang telah terjadi. Dan dengan polosnya awan hanya meminta maaf padaku. Tetapi Aku langsung pergi meninggalkannya dengan penuh luka dihati.
Sejak saat itu, aku tidak bisa menghubungi Rafa, dan dia juga tidak pernah lagi kumpul bersama anak-anak. Aku merasa kesepian, ini tak seperti biasanya, biasanya ada dia membangunkanku tiap pagi, menjemput ku pergi ke kampus, menghiburku disaat aku lelah, sekarang sosok itu tidak ada lagi. Semua kebahagiaanku seperti terenggut seketika. Aku menangis tiap malam meratapi semua yang telah terjadi. Keceriaan yang ia berikan padaku, telah aku hilangkan dengan kebodohanku, aku sangat menyesal atas kejadian itu.
Seperti sebuah mutiara yang jatuh dari langit, awalnya indah tetapi setelah jatuh hancur seketika. Benar apa kata orang, hidup ini bagaikan sebuah cerita dongeng, tak semua cerita dongeng itu berakhir dengan happy ending, apalagi realita?. Tiap manusia hanya bisa menjalankan apa yang sudah ditakdirkan oleh tuhan. Jadi jalani saja semua yang ada, entah kita bisa atau tidak mengembalikan semua yang sebelumnya ada dan jadi milik kita.
Mulai saat itu entah mengapa aku selalu menjauh dari Awan, setiap dia menyapaku aku selalu menghindar, meski aku merasa kesepian tetapi masih ada sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku setiap saat.

0 komentar:

Posting Komentar