SELAMANYA
Karya : Rezza Agung Pambudi
Part 4
JANJI
Akhirnya tiba juga hari sabtu,
saatnya kami untuk berlibur, melupakan sejenak segala kesibukan kegiatan
perkuliahan. Di pagi hari yang cerah aku menyiapkan barang-barang yang akan
dibawa, mungkin perjalanan nanti akan memberi inspirasi aku dalam membuat novel
terbaruku. Dino sebagai pemimpin perjalanan kali ini mengintruksikan kami untuk
kumpul jam 7 pagi di depan kampus. Oh iya aku udah nyiapin kado buat Rafa
loh.., udah gak sabar rasanya sampai disana. Tiba tiba, Rafa mengagetkanku. Dia
datang menjemputku dengan gaya dan pakaian ala anak pantai, memakai kacamata
hitam dan celana pendek. Aku heran padanya, kenapa dia memakai pakaian pantai,
sedangkan tujuan kami kali ini adalah ke daerah bogor. Huhh.. dia memang selalu
ditebak apa maunya, katanya sih yang jelas liburan. Soal pakaian mah bukan jadi
masalah. Yah terserah kamu lah..
Waktu telah menunjukkan saatnya
kami siap berangkat, semua sudah kumpul semua, kecuali Gilang yang belum
datang. Dia memang kebiasaan kalau disuruh ngumpul selalu ngaret. Selang waktu
menunggu, akhirnya dia datang juga. Ternyata dia bangun kesiangan karena nonton
tv sampai larut malam. Sekarang waktunya berangkat ke tempat yang masih
dirahasiakan oleh Dino. Dalam perjalanan kesana, sangatlah menyenangkan. Di
tengah padatnya jalan raya tetapi masih banyak pohon pohonan yang rimbun dan
hijau. Memang berbeda dengan di Jakarta yang panas dan minim ruang hijaunya.
“Teman-teman, sampailah kita di
tempat tujuan liburan kita, Pura Parahyangan Agung Jagatkarttya Taman Sari di
daerah Ciapus, Gunung salak, Bogor” Sambut Dino setelah sampai di tempat
tujuan. Ternyata memang benar apa katanya, tempatnya sangat cantik dan indah.
Terletak di kaki gunung salak dengan pemandangan pegunungan yang mengundang
decak kagum. Indahnya tanah bumi pertiwi ini, aku bangga menjadi pewaris hak
milik bangsa ini.
Aku mencoba mengambil gambar dengan
kameraku dari atas pura. Rasanya seperti aku sedang berada di Bali. Para
sahabat-sahabatku juga tak ingin melewatkan menikmati moment indah ini. Di
pelataran pura terlihat Livia dan Boy sedang asyik berlari-larian, yang jelas
perasaan mereka sedang berbunga-bunga sekarang setelah mereka jadian.
Sepertinya mereka jodoh, haha. Akupun tak mau kalah dengan keromantisan mereka.
Disampingku juga ada Rafa yang selalu menemaniku dan mengisi hari-hariku. Aku
merasa bahwa dialah pangeran cinta terbaik yang pernah aku miliki.
Aku melihat Fajar duduk menyendiri di
anak tangga sambil melihat kemesraan Boy dan Livia, sepertinya dia cemburu
dengan Livia. Aku pun menghampiri Fajar, “memang berat ya melihat orang yang
kita sukai bermesraan dengan orang lain”ucapku. “maksud lo apa ra?” Tanya
Fajar. “gue udah tau kok, sebenarnya kamu punya rasa kan ke Livia?” Tanyaku.
“emh.. apa sih lo ra, nggak nggak…”jawab Fajar dengan raut wajah malu. “gue tau
kalo lo itu bohong, coba kamu cerita yang sebenarnya ke gue.., gue kan sahabat
lo” ucapku. “sebenarnya.. memang gue udah suka sama livia dari dulu”jawab
Fajar. “kenapa lo gak berusaha terus terang ke Livia tentang perasaan lo?”
Tanya ku.
Hari beranjak sore, Rafa mengajakku
duduk-duduk di anak tangga pura sambil
menikmati pemandangan. Rasanya ini moment yang tepat untuk aku
menyerahkan kado special ulang tahunku kepada Rafa. “yah, selamat ulang tahun
ya.., oh iya ini kado special aku buat kamu” ucapku. “ makasih ya bun” jawab
Rafa sambil mengecup keningku. “coba aku buka ya apa isinya” Tanya Rafa. “ya
dibuka lah, kan buat kamu” jawabku. Setelah dibuka ternyata dia sangat suka
kado yang aku berikan padanya. Aku memberikan kado berupa sepasang sepatu
basket. Ia sangat senang dengan itu. Setelah itu kami berdua asik mengobrol
berduaan saja disana. “Bun, terima kasih ya buat hari ini” ucap Rafa. “iya yah
aku juga sama, makasih ya buat semuanya selama ini” ucapku. “bun, kamu tau gak
apa itu dewi cinta?”Tanya Rafa. “ya itu kan dewi yang menebarkan cinta kepada
semua orang”jawabku. “Kurang tepat” ucap Rafa. “terus apa jawabannya.?”
Tanyaku. “jawabannya, dewi cinta itu adalah kamu”jawab Rafa. “Ih ayah so sweet
banget.. makasih ya”, ucapku. “kenapa dewi cinta itu adalah kamu? Karena kamu
adalah bagaikan seorang dewi yang menebarkan cinta dan kasih sayang kepada
semua orang, terutama untukku” ucapnya. Dengan rasa bahagia aku memeluk Rafa.
“bun, di hari ulang tahunku ini aku berjanji akan terus mencintai kamu sampai
kapanpun juga, karena aku yakin masa depanku ada di dalam diri kamu, apa kamu
bersedia menemani aku sampai kapanpun?” Tanya Rafa padaku. “ ya aku bersedia
yah, dengan setulus hatiku aku akan menemani dan menjagamu sampai kapanpun”
Jawab ku dengan penuh rasa bahagia. “Beneran, ayo kita janji jari kelingking,
bukti apa yang telah kita lalui bersama akan berlanjut sampai kapanpun” ucap
Rafa.”ayo” ucapku. Dan dibawah langit
sore nan indah, di tengah indahnya nuansa pegunungan kami berdua berjanji akan
saling mencintai sampai kapanpun dan janji itu bukan untuk dilanggar, melainkan
untuk ditepati. Sebagai gantinya, pada hari ulang tahunku nanti, Rafa berjanji
akan memberikan kado yang lebih special untukku melebihi kadoku untuknya.
Dengan wajah seriusnya bagaikan seorang penyair hebat ia mengatakan semua itu
padaku. Yah.. janji itu harus ditepati bukan?
Hah.. setelah hampir seharian di
pura, sebenarnya kami tak ingin cepat pulang. Tetapi mau bagaimana lagi kami
harus meninggalkan tempat tempat itu. “haah..
capeknya, pinggang gue serasa mau copot” keluh Gilang. “ya elah tang..
baru kaya begini aja udah capek!!” ucap Hadi. “ya elah lo enak ya diboncengin,
sedangkan gue yang ngendarain motor” jawab Gilang. “udah udah, jangan pada
berkelamin.., haha” ucap Boy. “Ah elo bukannya bilang makasih udah dibantuin
nembak Livia malah ngeledek gue..,” ucap Gilang. Semuanya pun menjadi tertawa
melihat mereka saling meledek satu sama lain. Hah sungguh perjalanan yang
melelahkan tetapi tak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun.
Esok harinya, aku menjadi model
fotografinya Awan di tepi danau Universitas Indonesia. Berbagai macam gaya aku
peragakan demi terciptannya hasil yang memuaskan. Setelah cukup lama
menghabiskan waktu disana, karena keasikan, secara tidak sadar sudah ada 10
panggilan tak terjawab di handphoneku. Ternyata itu panggilan dari Rafa, dan
aku telfon balik ke dia dan menjelaskan semuanya.
Hari telah berganti, setelah kelas
selesai, aku kembali menemani Awan berfotografi di kampus. Saat asik mengambil
gambar tiba-tiba Rafa menelpon aku, ia berkata bahwa dia akan menjemputku nanti
sore. Waktu demi waktu telah berlalu. Akhirnya aku selesai berfotografi dengan
Awan dikampus. Dengan di temani awan aku menunggu Rafa di taman kampus. Dengan
tiba-tiba Awan mengucapkan sesuatu sambil memegang tanganku sambil menatap
kearahku. Ia mengatakan bahwa dia menyukaiku. Tak lama kemudian, Rafa datang
dan melihat aku dan awan berdua berpegangan tangan. Rafa pun tak percaya apa
yang telah dia lihat dan menanyakan siapa dia(awan) sebenarnya pada ku. Tetapi
dia tidak percaya dengan perkataanku. Dengan berlinang air mata aku mencoba
menjelaskan yang sebenarnya pada rafa. “apa maksud kamu berduaan sama dia tanpa
sepengetahuan aku?”Tanya Rafa. “bukan, dia bukan siapa-siapa yah, dia itu Cuma
teman sekelas aku”jawabku. “hah.., kamu bohong. Aku telpon kamu berkali-kali
tapi nggak kamu angkat, Trus kenapa kamu pegang tangan berduaan sama dia
dihadapan aku? Aku tau pasti ada sesuatu diantara kalian kan?” ucap Rafa.
“nggak yah.. dengerin aku dulu”ucapku sambil menangis dihadapan Rafa. “udah,
aku gak butuh penjelasan dari kamu, kamu itu udah cukup nyakitin hati aku, udah
khianatin cinta aku, denger?” jawab Rafa sambil pergi meninggalkan aku dan
membuang sebuah bunga mawar yang ternyata sudah ia siapkan untukku sebelumnya.
Aku sangat besedih saat itu dan menyesali apa yang telah terjadi. Dan dengan
polosnya awan hanya meminta maaf padaku. Tetapi Aku langsung pergi
meninggalkannya dengan penuh luka dihati.
Sejak saat itu, aku tidak bisa
menghubungi Rafa, dan dia juga tidak pernah lagi kumpul bersama anak-anak. Aku
merasa kesepian, ini tak seperti biasanya, biasanya ada dia membangunkanku tiap
pagi, menjemput ku pergi ke kampus, menghiburku disaat aku lelah, sekarang
sosok itu tidak ada lagi. Semua kebahagiaanku seperti terenggut seketika. Aku
menangis tiap malam meratapi semua yang telah terjadi. Keceriaan yang ia
berikan padaku, telah aku hilangkan dengan kebodohanku, aku sangat menyesal
atas kejadian itu.
Seperti sebuah mutiara yang jatuh
dari langit, awalnya indah tetapi setelah jatuh hancur seketika. Benar apa kata
orang, hidup ini bagaikan sebuah cerita dongeng, tak semua cerita dongeng itu
berakhir dengan happy ending, apalagi realita?. Tiap manusia hanya bisa
menjalankan apa yang sudah ditakdirkan oleh tuhan. Jadi jalani saja semua yang
ada, entah kita bisa atau tidak mengembalikan semua yang sebelumnya ada dan
jadi milik kita.
Mulai saat itu entah mengapa aku
selalu menjauh dari Awan, setiap dia menyapaku aku selalu menghindar, meski aku
merasa kesepian tetapi masih ada sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku
setiap saat.
0 komentar:
Posting Komentar